Berita Acara Webinar Nasional HMPS 2022 “Peran Feodalisme dalam Dinamika Kekuasaan Kolonial”

Pada tanggal 22 Oktober 2022 telah dilaksanakan Webinar Nasional HMPS UNY 2022 yang mengusung tema “Peran Feodalisme dalam Dinamika Kekuasaan Kolonial” yang bertempat di Ruang Ki Hadjar Dewantara FIS UNY dan Zoom Meeting. Acara ini dibuka oleh Koordinator Program Studi Pendidikan Sejarah yang diwakili oleh Bapak Asyhar Basyari, M.Pd. dan diikuti kurang lebih 200 peserta mahasiswa dan umum dari seluruh Indonesia baik secara luring maupun daring. Webinar Nasional kali ini diisi oleh dua pembicara yaitu Bonnie Triyana, S.S dan Dr. Sri Margana, M.Hum., dan dipandu oleh Septian Teguh Wijiyanto, M.Pd. sebagai moderator
Pembahasan dimulai dengan pemaparan materi dari pembicara 1 yaitu Bonnie Triyana, S.S yang menjelaskan bahwa feodalisme merupakan sistem kekuasaan yang didasarkan pada penguasaan tanah. Pada masyarakat feodal, umumnya masyarakat bekerja di bawah pemilik tanah untuk mendapatkan perlindungan dan juga keuntungan dari tanah yang mereka gunakan. Dalam sistem feodal tidak terdapat kesetaraan karena hubungan antara pekerja dengan pemilik tanah bersifat hubungan gusti-kawula. Ketika kolonialisme masuk ke Indonesia terjadi sebuah “perselingkuhan” antara kaum feodal dengan kaum kolonial, sehingga kolonialisme sendiri mendapatkan dukungan dari kaum feodal karena mereka memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Pada intinya, kolonialisme adalah feodalisme bangsa asing di tanah sendiri, sedangkan feodalisme adalah kolonialisme oleh bangsa sendiri
Pembahasan dilanjutkan oleh Dr. Sri Margana, M.Hum yang menjelaskan bahwa sistem feodal di Jawa berbasis sistem agraria tradisional yaitu tidak ada hak milik pribadi karena seluruh lahan merupakan milik raja. Rakyat hanya berhak untuk meminjam sementara (anggaduh) dan dapat sewaktu-waktu diminta kembali oleh raja, dan hak untuk meminjam tanah dapat diwariskan kepada keturunannya. Kemudian beliau melanjutkan dengan kebudayaan feodal di Jawa. Kebudayaan feodal di Jawa tercermin dalam gelar, bahasa, pakaian, dan kesenian yang dibedakan antara rakyat biasa dengan kaum bangsawan. Kemudian feodalisme juga memiliki prasarana dalam menguatkan hegemoninya, di antaranya melalui proses mitologisasi genealogis, contohnya dalam silsilah Dinasti Mataram disebutkan bahwa Raja Brawijaya V yang merupakan leluhur raja-raja Mataram merupakan keturunan ke-46 dari Nabi Adam. Selain itu, dikisahkan bahwa raja-raja Mataram merupakan keturunan dari para wali. Kemudian kaum feodal juga membuat semacam sejarah dan literatur yang dikeluarkan oleh istana sebagai sebuah media untuk legitimasi kekuasaan. Setelah kedua pembicara memaparkan materinya, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab antusias peserta cukup tinggi, terbukti dengan banyaknya pertanyaan dan juga diskusi yang terjadi.