DISTRIK #1 (DISKUSI INTERAKTIF) "REALITAS KURIKULUM MERDEKA: MEMERDEKAKAN ATAU MENJINAKKAN?"

Pada hari Jumat, 26 Mei 2023 Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah (HMPS) melalui Divisi Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) melaksanakan kegiatan Diskusi Interaktif #1 dengan mengusung tema "Realitas Kurikulum Merdeka: Memerdekakan atau Menjinakkan?". Diskusi Interaktif #1 kali ini di moderatori oleh saudara Rafi Faiz Firmansyah selaku mahasiswa Pendidikan Sejarah dan dibersamai oleh dua pemantik yang luar biasa yaitu Ardiansyah (Liga Forum Studi Yogyakarta Rode) dan Sarah Pramadani, S.Pd (Guru Sejarah SMAN 1 Yogyakarta). Kegiatan ini dilaksanakan sekitar pukul 15.00-18.00 WIB yang bertempat di Pendopo belakang ISDB FISHIPOL UNY.
Kegiatan Diskusi Interaktif #1 ini memberikan informasi terkait realitas kurikulum merdeka yang telah dicetuskan pada akhir tahun 2022. Menurut Ardiansyah, kurikulum merdeka ini sebenarnya bagus, tetapi dalam penerapannya kurang sesuai dengan apa yang di harapkan. Informasi tidak tersampaikan dengan baik dan tidak semua wilayah di Indonesia mendapatkan informasi yang sama. Penerapan kurikulum merdeka juga dirasakan oleh mahasiswa dengan adanya MBKM yaitu bebas memilih mata kuliah di luar program studi pada semester tiga ke atas. Namun inilah yang menjadi masalah, informasi yang tidak tersampaikan dengan baik membuat banyak mahasiswa mengambil MBKM yang tidak relevan dengan jurusan mereka. Hal tersebut pada akhirnya mengakibatkan mahasiswa dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang tidak sesuai keinginan. Sedangkan menurut Sarah Pramadani, kurikulum merdeka ini sudah bagus dan benar-benar memerdekakan karena guru bisa menentukan materi yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan sekolah, sehingga dapat memberikan kebebasan belajar kepada peserta didik.
Selama berjalannya diskusi, banyak lontaran pertanyaan, tanggapan, maupun kritikan yang diajukan oleh para peserta. Ada yang menyatakan bahwa kurangnya sosialisasi dari pihak kampus menjadi salah satu faktor keresahan dan kebingunan mahasiswa terhadap praktik kurikulum merdeka (kampus merdeka) dan ada juga yang menyatakan apakah benar kata "merdeka" ini bisa dirasakan oleh semua pihak? Sedangkan kurikulum saja sering bergonta-ganti seiringi bergantinya menteri pendidikan. Pergantian kurikulum inilah yang seringkali menjadi penyebab munculnya banyak kendala bagi setiap sekolah/kampus di berbagai daerah. Penyesuain untuk menerapkan kurikulum merdeka menimbulkan banyak permasalahan, salah satunya ketidakmerataan dari kemerdekaan yang ingin dicapai dalam tujuan kurikulum merdeka itu sendiri. Bahkan, dalam sesi diskusi juga terdapat mahasiswa yang menyatakan bahwa masalah penerapan kurikulum merdeka di salah satu daerah itu dilatarbelakangi oleh kurangnya fasilitas yang mendukung pembelajaran. Hal tersebut membuktikan bahwa kesiapan untuk menerapkan kurikulum merdeka belum merata secara baik di seluruh daerah. Lantas, bagaimana kata “merdeka” yang selama ini digadang-gadang agar bisa diwujudkan? Pada intinya, semua kembali pada pribadi masing-masing dalam menyikapi realitas kurikulum merdeka ini, merdeka atau menjinakkan, semua kembali pada kesadaran diri dan hati nurani masing-masing. (Yoga)